METODE EFEKTIF PENYAMPAIAN INFORMASI PEMAKAIAN OBAT KEPADA PENGGUNA (KONSUMEN)

METODE EFEKTIF PENYAMPAIAN INFORMASI PEMAKAIAN OBAT KEPADA PENGGUNA (KONSUMEN)
METODE EFEKTIF PENYAMPAIAN INFORMASI PEMAKAIAN OBAT KEPADA PENGGUNA (KONSUMEN)

METODE EFEKTIF PENYAMPAIAN INFORMASI PEMAKAIAN OBAT KEPADA PENGGUNA (KONSUMEN)

Djamroni, Amd, Kurnia Chandra Dewi, SP, Maryani, SS

Akademi Manajemen Administrasi Yogyakarta

e-mail: maryani_ssg@yahoo.co.id

ABSTRACT

The purpose of this paper is to give information to consumer. Especially, about drug marketed by dispensary, doctor directly, and also drugs store. Effectively, method which is used from this paper is visual method which include; audio-visual and visual-picture method. Beside that, there are many tips to avoid the mistake of only drug usage: a) Starting when checks to doctor: don’t be shy to ask something to the doctor about the directions. b) Buying drug in dispensary/ drug store: Confirm to the pharmacy technicians or drug store how to read the direction carefully. c) Remain to keep the drugs when taken care at home or at hospital. We don’t be shy to ask how to read the directions of the drugs usage correctly. The resulted which

is expected from this paper is with the visual technological usage or picture which its aim.

Key words: Method effectively, drugs information, consumer (user)

1. PENDAHULUAN

Dalam dunia farmasi saat ini berkembang dengan pesatnya yang ditandai dengan banyaknya bermunculan pabrik farmasi baru dan berkembangnya sebuah produk dari satu pabrik yang bisa memunculkan aneka ragam merek dan kegunaan sebuah obat yang dihasilkan dari sebuah pabrik farmasi. Dari sinilah kita bangsa Indonesia patut berbangga dengan telah berhasilnya anak- anak bangsa ini bisa memanfaatkan sumber daya yang sangat melimpah tersebar di seluruh tanah air ini.

Sekarang ini dunia kesehatan baru menjadi perhatian semua kalangan baik dari masyarakat yang sudah mulai peduli tentang kesehatan dirinya maka banyak dokter yang praktek sendiri atau berkelompok, kalangan swasta dengan berdirinya poliklinik, rumah bersalin, rumah sakit, pendidikan kesehatan sampai pemerintah sendiri ikut mendukung berkembangnya dunia kesehatan sehingga selalu membimbing dan memantau pelaksanaan undang- undang kesehatan.

Hubungan hukum antar tenaga kesehatan (dokter, apoteker) menjadi perbincangan setelah dikeluarkan UU No. 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen. Secara rinci, UU Perlindungan Konsumen memberikan pengaturan tentang hak serta kewajiban, baik bagi pemberi jasa maupun pengguna jasa. Dengan demikian, perlu dilakukan pengkajian terhadap pemberi jasa dibidang kesehatan atau farmasi, karena sifatnya khusus dan teknis serta tidak dapat diketahui oleh sembarang orang. Memang, dalam dunia kesehatan terdapat standart profesi. Akan tetapi, tentunya setiap individu mempunyai kekhususan. Hal inilah yang menyebabkan adanya kekhususan terhadap hubungan antara pemberi jasa kesehatan dengan pengguna jasa. Demikian pula terhadap pemberi jasa di rumah sakit.

Menurut literature, hamper 80 % dari kasus tuntutan malpraktil terjadi di rumah sakit. Bila ada tuntutan mengenai kejadian di rumah sakit, siapa yang harus dituntut?Dokternya, perawatnya, atau farmasinya.Seberapa jauh rumah sakit bertanggung jawab secara perdata? Diperlukan suatu pengaturan dan peraturan yang jelas mengenai tanggung jawab masing- masing profesi yang terlibat merawat pasien. Misalnya dokter, farmasis, dan ahli gizi.

Seandainya seorang pasien yang keracuna obat diduga akibat : pemakaian obat yang terlalu lama (terakumulasi) sementar efek samping obat tersebut lambat (delay) sehingga meninggal, siapakah yang bertanggung jawab? Apakah dokter saja atau doker dan farmasis? Apakah wajar saat

ini hal tersebut dituntut ke farmasis sementarperan farmasis di rumah sakit cenderung hanya menangani hal- hal yang bersifat administrasi dan manajemen barang/ perbekalan. Farmasis sangat jarang dilibatkan dalam melayani atau merawat pasien di ward/ ruangan (farmasi klinik). Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk membuat makalah ini, yang tujuannya supaya konsumen dalam menggunakan obat tepat sesuai aturan pakai obat.

2. PEMBAHASAN

Apotek adalah tempat pengabdian dan praktek profesi farmasi. Kegiatan bisnis yang dilakukan disini, memberikan cirri khusus yang sangat berbeda disbanding usah bentuk lain, walaupun tujuan akhir sama- sama untuk mendapatkan keuntungan sebesar- besarnya. Pembeda nyata yang terlihat tidak saja pada kekhususan barang yang diperjual belikan- obat- obatan, perbekalan farmasi ataupun alat kesehatan lainnya, tetapi juga dari segi persyaratan sahnya penjualan, basarnya risiko barang tidak tepat, aturan pemakaian, dan perbedaan dalam hal standar maksimal harga penjualan.

Demikian pula dalam hal penyerahannya kepada pembeli, dipersyaratkan kehadiran seorang apoteker sebagai sosok yang paling bertanggung jawab terhadap terjaminnya keamana pemakaian obat. Informasi- informasi penting tentang obat merupkan hal yang mutlak dimengerti oleh pasien. Kalau perlu seorang apoteker memberikan waktu khusus untuk menerangkan secara lebih rinci akibat berlanjut dari efek samping obat tersebut.

Dari segi harga, suatu apotik tidak mengenal strategi penjual seperti barang dagang lain yang mengenal baik naik- turunnya harga tergantung kondisi pasar saat tertentu. Sehingga istilah- istilah : pemberian diskon, hadiah bagi pembeli jumlah tertentu, sayembara berhadiah dan lain sebagainya, tidak pantas (etis) untuk diterapkan.Jika diperbandingkan dengan took obat, usaha diapotik jelas pula berbeda walaupun secara umum masyarakat tahu bahwa keduanya menjual obat. Menurut aturannya, toko obat hanya diperbolehkan menjual obat golongan obat bebas dan obat bebas terbatas. Penyerahannya pun tidak harus oleh seorang apoteker tetapi cukup seorang assisten apoteker. Kemudian, took obat juga tidak berhak melayani resep dokter, baik itu dokter umum, dokter gigi, maupun dokter hewan. Mekanisme pengaturan pendistribusian obat sampai ke konsumen dengan tata cara demikian ini, merupkan upaya pemerintah dalam mencegah penyalahgunaan obat serta beredarnya obat- obat palsu. Untuk kasus obat palsu, sepanjang tahun 1999-2002 ini sudah sebanyak 55 item produk obat palsu disita dalam berbagai razia di sejumlah tempat di Indonesia. Dan dari beberapa pelakunya sudah ditangkap dan divonis pengadilan. Golongan obat-obatan yang banyak dipalsukan di pasaran terutama golongan antibiotika, analgetik, antipiretik, histamin, sirop obat batuk, antidiabetes dan antihipertensi. Harga obat palsu jauh lebih murah, namun penggunaan obat palsu ini tentu saja akan berdampak buruk bagi pasien yang mengkonsumsinya. Sakit tidak berangsur sembuh tetapi kondisi justru bertambah parah.

Obat adalah salah satu barang yang tidak asing lagi bagi semua kehidupan yang ada di muka bumi baik untuk manusia yang paling banyak menkonsumsi lalu hewan yang hidup di darat maupun di air.

Masyarakat adalah konsumen atau pengguna obat tersebut. Masyarakat Indonesia masih banyak yang belum bisa mengenyam pendidikan seperti yang diharapkan pemerintah terutama masyarakat yang hidup di desa- desa atau yang jauh dari gemerlap perkotaan.

Dari keadaan masyarakat diatas maka sebenarnya pabrik farmasi berusaha dengan memberi informasi atau keterangan kandungan dari sebuah produk obat yang diproduksinya pada bungkus produk tersebut, mengenai :

1.Nama dagang obat : …………………….

2.Mengandung : ………………………….

………………………

3.Farmakologi :

4.Indikasi :………………………………..

5.Kontra indikasi : ………………………

6.Efek samping : ………………………

7.Peringatan dan perhatian : …………….

8.Cara penyimpanan : …………….

9.Aturan pakai : ………………………

Jika kita perhatikan isi dari keterangan yang dibuat oleh produsen obat tersebut diatas maka sebenarnya produsen berharap konsumen mampu memahami aturan pakai obat tersebut. Semua obat yang beredar dipasaran sebenarnya sudah ada keterangan/ informasi yang cukup memadai tetapi pada kenyataannya informasi tersebut belum semua mampu dipahami oleh konsumen terutama masyarakat kelas bawah yang tingkat pendidikan kurang serta tidak bisa memahami bahasa farmasi atau kedokteran. Informasi tersebut terkadang juga belum tersampaikan dari tenaga medis maupun apotek pada konsumen. Sebagai contoh : seorang ibu dengan keluhan sakit lambung diberi tablet antacid Mylanta oleh petugas apotek, namun ia tidak diberi informasi bahwa tablet tersebut harus dikunyah dulu sebelum di telan. Keruan saja , tablet tersebut keluar lagi bersama feces masih dalam keadaan utuh. Penyakitnya pun tak kunjung sembuh. Kekeliruan pemakaian obat seperti ini tidak hanya terjadi disini, melainkan juga di Negara maju AS. Kesalahan bisa dari pihak apotek, pasien yang kurang mampu mengerti atau memahami ataupun tidak cermat membaca aturan pakai, atau dokter yang memberikan resep tanpa mengindahkan efek samping obat.

Dari kenyataan di atas maka penulis mencoba mencari solusi yang lebih baik agar informasi dari produsen obat tersebut dapat tersampaikan kepada konsumen serta mampu dipahami oleh konsumen sehingga manfaat dari obat tersebut dapat optimal dirasakan konsumen pengguna. Informasi adalah data yang dirangkai sedemikian rupa yang mempunyai makna dan bermanfaat pada seseorang yang menggunakannya (Kumorotomo, 2001). Informasi adalah hasil dari proses analisis, manipulasi dan presentasi data untuk mendukung proses pengambilan keputusan (Long, 1989). Informasi yang berkualitas harus memenuhi beberapa persyaratan (Parker, 1989) : ketersediaan, mudah dipahami, relevan, bermanfaat, tepat waktu, keandalan, akurat dan konsisten.

Salah satu bentuk metode yang efektif untuk penyampaian informasi tentang aturan pakai obat yaitu dengan metode visual. Penerapan metode visual disesuaikan dengan penggunaannya. Pada era sekarang teknologi informasi sudah sangat berkembang, sehingga salah satu metode visual yang dapat diterapkan yaitu dengan program audio visual atau animasi. Program audio visual/ animasi yang disertai dengan simulasi ini dapat diterapkan di apotek, doktek praktek, rumah sakit, poliklinik ataupun puskesmas. Program ini dirancang khusus untuk dapat memberikan informasi mengenai aturan pakai obat pada konsumen agar lebih mudah dipahami. Program ini dapat disaksikan ketika pasien membeli obat, periksa ke dokter ataupun sambil menunggu pemeriksaan di puskesmas.

Selain metode audio visual dapat pula dibuat metode visual gambar yang di buat di bungkus/ label obat yang penerapannya untuk obat dijual bebas sehingga masyarakat yang tingkat pendidikan kurang dan tidak bisa membaca, dapat memahami aturan pakai obat.

Contoh metode visual gambar :

1.Contoh aturan pakai obat golongan antacid :

2.Contoh aturai pakai obat golongan antibiotik

Selain informasi visual gambar pada bungkus obat, juga ditambahkan keterangan tulisan yang berisi :

1.Produsen obat (pabrik farmasi)

2.Kegunaan obat

3.Kandungan obat

4.Takaran konsumsi berdasar umur

5.Waktu konsumsi

https://www.360docs.net/doc/1114442663.html,ma konsumsi

7.Cara penyimpanan obat

8.Indikasi

9.Kontra indikasi

10.Efek samping obat

11.Peringatan dan perhatian

Setelah program visual ini dibuat dengan baik maka selanjutnya disertakan pada setiap kemasan produk obat tersebut, sehingga apabila obat tersebut di jual di toko obat ataupun di warung- warung semua lapisan masyarakat mampu memahami dan kemungkinan terjadinya kesalahan aturan pakai obat pada konsumen dapat diminimalkan. Adapun untuk metode audio visual sama bentuk dengan pembuatan visual gambar hanya simulasi langsung manusia.

Berikut ini, beberapa tip yang dapat kita lakukan agar terhindar dari kesalahan obat di mulai saat memeriksakan diri ke dokter, membeli obat diapotek, serta memakai obat dirumah atau di rumah sakit.

a. Jangan segan bertanya pada dokter

Ceritakan kepada dokter semua obat yang pernah dikonsumsi baik dengan atau tanpa resep dokter. Termasuk pil KB atau terapi hormone bagi kaum wanita. Banyak orang tidak menyadari bahwa obat dapat berinteraksi dengan vitamin, obat lain dan makanan tertentu. Kalau obat penenang semacam prozac di kombinasi dengan obat- obatan penekan depresi misalnya, dapat menimbulkan sindrom serotonin yang ditandai dengan demam, kekakuanotot, agitasi bahkan bisa koma. Obat antacid dapat mengurangi khasiat antibiotic tertentusehingga kedua obat ini harus diminum terpisah selang beberapa jam.

Sebaiknya jangan terburu- buru meninggalkan ruang praktek dokter sebelum anda paham obat apa yang diberikan, serta dosisnya berapa kali sehari. Beberapa pertanyaan penting lain yang perlu di sampaikan antara lain :

1.Adakah efek sampingnya?

2.Apakah obat dimakan sebelum atau sesudah makan?

3.Adakah makanan yang perlu di hindari?

4.Apakah obat ini harus diminum pada saat tertentu?

b. Konfirmasikan pada petugas apotek atau toko obat

Instruksi yang diberikan dokter tentang obat yang diberikan, sebaiknya perlu di konfirmasikan kepada petugas apotek. Usahakan mendapatkan brosur tertulis mengenai obat yang dimaksud.

Kalau tidak, mintalah tembusan (kopi) resep obat sehingga kita dapat mengecek kembali pada label setelah obat diserahkan.

Usahakan selalu membeli obat dari apotek atau toko obat yang sama. Lebih baik lagi pilih apotek yang sudah menggunakan system computer. Dengan demikian, pihak apotek lebih mengetahui kemungkinan terjadinya dosis yang berlebihan. Misalnya obat yang sama diresepkan lain oleh dokter yang berbeda,yang satu menggunakan nama dagang, yang lain nama generik.

c. Bacalah aturan pakai dengan cermat

Banyak kesalahan dapat dicegah bila pasien dengan teliti membaca kembali label obat sebelum diminum. Pernah kejadian obat untuk seorang anak yang menderita infeksi telinga diberikan dengan cara yang salah. Obat tetes antibiotic yang semestinya diminum, diteteskan pada telinga yang sakit. Akibatnya, ibu si anak mencemaskan keadaan telinga si anak yang setelah seminggu diobati infeksinya tak kunjung sembuh. Rupanya,sang ibu kurang memperhatikan apa yang diinstruksikan dokter dan tidak membaca label pada kemasan.

Tidak kalah penting,mencatat kembali nama-nama obat yang diberikan, mengapa kita meminumnya, jumlah obat yang setiap kali harus diminum, dosis serta jam atau waktu minumnya. Catatan ini akan membantu kita mengingat jadwal pemakaian obat dan menanyakan kepada dokter apakah obat tertentu perlu diteruskan atau dihabiskan kalau kesehatan sudah mulai pulih.

Menyimpan obat secara rapi tidak hanya dimaksudkan agar tidak mudah diraih anak, tetapi juga menghindari agar obat tidak bercampur aduk dengan yang lain. Dalam suatu ruangan yang kurang diterangi cahaya bisa saja kita salah ambil obat. Usahakan juga tidak menyimpan obat yang berlainan dalam satu botol.

Tidak ada salahnya anak yang sudah cukup besar ikut mempelajari pemakaian obat yang benar agar si anak kemudian dapat melindungi dirinya. Alangkah baiknya, bila si anak dapat mengingatkan kita kapan saatnya minum obat. Jangan sekali-kali onat-obat untuk kita diberikan kepada anak walaupun gejala penyakitnya sama. Setiap orang mempunyai ukuran obat tersendiri berdasarkan usia,tinggi badan,dan lain-lain. Sebaiknya dalam keluarga cukup satu orang dewasa yang bertanggung jawab memberikan obat kepada anak agar tidak terjadi pemberian rangkap.

d. Tetap waspada di rumah sakit

Meski sudah dirawat di rumah sakit, hendaknya tetap cermat mempelajari obat apa yang diberikan para dokter. Sering kali akibat pengaruh obat penenang atau penghilang rasa sakit atau perasaan stress tinggal di rumah sakit, kita tidak dapat berpikir dengan akal sehat.

Jadi, sebaiknya kita minta tolong teman atau keluarga kita untuk ikut memperhatikan obat apa saja yang diberikan. Perhatikan apakah perawat mengecek nama kita sebelum memberikan obat atau menyebutkan nama kita dulu. Tidak mustahil lantaran sibuknya pekerjaan, si perawat keliru masuk ruangan atau meberikan obat yang salah.

Tanyakan obat mana yang harus diminum dan apa alasanya. Terutama kalau informasi yang diberikan tidak sama dengan apa yang dikatakan oleh dokter. Bila kita alergi terhadap obat tertentu, tak usah malu mencantumkan peringatan yang jelas pada tempat tidur, obat mana yang tidak tahan. Jangan terlalu yakin perawat akan mengecek catatan medis kita obat mana yang tidak cocok,sekalipun itu memang tugasnya.

3. KESIMPULAN

Dalam rangka mensehatkan masyarakat tanpa membedakan tingkat pendidikan dan wilayah maka produsen farmasi obat harus memberikan penjelasan tentang produk obat yang dipasarkan baik lewat dokter/apotik maupun langsung lewat warung-warung yang ada pada sudut-sudut kehidupan masyarakat, dengan menggunakan teknologi visual atau gambar yang tujuanya

memberikan penjelasan pada pemakai obat sehingga semua rantai yang terhubung bisa memahami maksud dari obat itu.

DAFTAR PUSTAKA

Kumorotomo, Wahyudi & Margono, S.A., 2001, Sistem Informasi Manajemen dalam Organisasi-organisasi Publik, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta

Long, L,(1989), Management Information System, Prentice Halls, Englewid Cliffts, New Jersey, USA

Parker, Charles S, (1989), Management Information System: Strategy and Action, McGraw-Hill Publishing Company, Singapore

http://www.depkes.go.id/index.php?option=articles&task=viewartic

http://www.sinarharapan.co.id/iptek/kesehatan/2004/0730/kes1.html

相关主题
相关文档
最新文档